Muay Thai Pada Era Kerajaan Sukhothai

Pada 1781-1951 B.E. atau Tahun Budha (1238-1408 M) Ibukota Thailand Berpusat di kawasan Kerajaan Sukhothai. Pada Candi Kerajaan terdapat Prasasti yang memberi petunjuk sejarah bahwa Sukhothai sering mengadakan peperangan dengan kerajaan tetangga. Maka, kota kerajaan itu sangat menanamkan pengetahuan dan keterampilan prajuritnya mengenai penggunaan senjata seperti pedang dan tombak, dan juga bagaimana menggunakan tubuh sebagai senjata dalam situasi tempur perorangan. Keterampilan menyerang seperti menendang, mendengkul, meninju, dan menyikut sangat dikembangkan.

Selama masa damai, para pemuda di Sukhothai berlatih Muay Thai untuk membangun karakter dan keterampilan bela diri mereka.
Keterampilan ini akan mendukung juga membentengi diri mereka dengan baik selama mengabdikan diri dalam militer kerajaan dan dengan demikian sangat jelas latihan keterampilan Muay Thai adalah suatu kebiasaan yang baik.

Pusat pelatihan Muay Thai muncul di sekitar kota, misalnya, Pusat Pelatihan Samakorn di Lopburi. Beberapa biarawan di daerah kuil disamping sebagai berstatus biarawan juga bertindak sebagai instruktur pelatih beladiri Muay Thai.

Selama periode ini, Muay Thai dianggap sebagai seni yang lebih tinggi dan merupakan bagian dari kurikulum kerajaan. Hal itu dimaksudkan untuk menciptakan sekaligus mengembangkan prajurit yang baik dan berani dengan kebugaran fisik yang baik.

Raja Sukhothai yang pertama, Phokhun Sri In Tharatit, percaya pada manfaat Muay Thai sehingga beliau mengirim dua putranya untuk berlatih Muay Thai di Pusat Pelatihan Samakorn guna bekal untuk mempersiapkan diri mereka pada saat meneruskan takhta kerajaan.