Selamat Datang Di Blog The Skills of Fighting
Terima kasih atas kunjungan Anda di blog The Skills of Fighting,
semoga apa yang saya share di sini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang bisa berguna untuk orang banyak.

Muay Thai Pada Era Kedua Masa Kerajaan Rattanakosin

Kronologis Muay Thai Pada Masa Kerajaan Rattanakosin ( Era Kedua ).

1. Raja Rama V (Raja Chulachomklao: 2411-2453 BE, 1868-1910 M).
Chulachoklao (Rama V) Raja Rama V (Raja Chulachomklao) belajar Muay Thai dari Departemen Tinju kerajaan dengan pelatih Master tinju Luang Pola Yotanuyoke.
Raja Chulachomklao sangat hobi Muay Thai dan suka menonton pertandingan tarung tinju.
Dari waktu ke waktu beliau sering memerintahkan petugas kerajaan agar pengundang petarung yang handal untuk bertarung tinju dengannya. Turnamen tersebut digunakan untuk merekrut orang-orang untuk dapat jadi prajurit pengawal kerajaan.
Raja Rama V sangat menjunjung tinggi nilai-nilai seni beladiri Muay Thai. Demi untuk kemajuan kepentingan dan promosi olahraga Thailand, maka Raja selalu mengadakan turnamen Muay Thai. Beliau juga mendorong promosi Muay Luang, atau pusat tinju kerajaan untuk melatih anak-anak. Muay Luang ini juga diatur dan dikendalikan Muay Thai turnamen. Kantor kerajaan juga akan mengirim undangan resmi kepada kepala Muay Luang mengundang petarung tinju mereka untuk berpartisipasi dalam acara dan festival tertentu. Pemenang di acara-acara seperti itu dipromosikan oleh Yang Mulia Raja ke posisi dengan sebutan 'Muen', atau first-rank officer.

Dalam tahun 2430 B.E. (1887 M), Raja Rama V mendirikan Departemen Pendidikan. Muay Thai adalah subjek dalam kurikulum sekolah pelatihan guru pendidikan jasmani dan pada Prachufachomktao Royal Military Cadet School. Periode ini dianggap sebagai zaman keemasan Muay Thai.

2. Raja Rama VI (Raja Mongkhut Klao Chao Yu Hua: 2453-2468 BE, 1910-1925 M ).
Mongkhut Klao Chao Yu Hua (King Rama VI) Selama periode ini, Thailand turut berangkat ke Perang Dunia I.
Tentara Thailand ditempatkan di Prancis dengan jendral Praya Dhepasadin sebagai Komandan. Sang jendral sangat suka Muay Thai dan sering menyelenggarakan pertarungan untuk menghibur prajurit Eropa dan orang awam. Mereka sangat menikmati pertarungan dan dengan demikian timbul ketertarikan bangsa Eropa pada Muay Thai. Pada tahun 2464 B.E. (1921 M), setelah perang dunia I, stadion tinju permanen pertama dibangun di tanah sepak bola di Suan Khulab School, bernama Stadion Suan Khulab Boxing.
Pada awalnya, penonton duduk atau berdiri di sekitar ring.
Ring tersebut berbentuk persegi dengan ukuran 26 meter x 26 meter. Tangan para petarung tinju dibungkus dengan kain katun, mengenakan sebuah band ikat kepala atau Mongkon, dan jimat atau pa-pra-JIAT sekitar lengan atas mereka. Mereka mengenakan celana pendek dilengkapi pelindung dan pinggang mereka dililit ikatan sepotong kain panjang. Mereka bertarung tanpa mengenakan kemeja dan sepatu. Wasit akan memakai seragam gaya klasik, seragam Thai dengan kemeja putih kerajaan dan kaus kaki putih.

Satu laga besar dari pertarungan ini adalah antara Muen Mad Man, berusia 50, dan Nai Pong Prabsabod, seorang pria jangkung berusia 22 yang berasal dari Korat. Pria yang lebih muda berjuang untuk membalas kematian ayahnya yang tewas dalam pertarungan dengan Muen Mad Man yang berlangsung di pemakaman Khun Marupongsiripat. Dua menit memasuki pertandingan penuh dendam itu, Muen Mad Man tersingkir oleh Nai Pong. Para penonton menjadi sangat bersemangat dan suasana menjadi gila bersorak untuk mengucapkan selamat Nai Pong. Butuh beberapa waktu agar situasi kembali tenang.

Guna untuk menjernihkan masalah maka sebuah komite dibentuk untuk menyelesaikannya. Akhirnya, diputuskan bahwa ring tersebut harus dinaikkan hingga ketinggian empat meter di atas tanah, ditutupi dengan rumput , dan dikelilingi oleh tali berpikir 1 inci. Harus ada ruang untuk setiap petinju untuk masuk ring yang dekat sudut. Wasit mulai mengenakan seragam Pramuka lengkap dan sekarang ada penjaga waktu dengan dua jam tangan. Sebuah drum digunakan sebagai sinyal bulat dan pertandingan didirikan pada 11 putaran tiga menit masing-masing. Boxers adalah untuk istirahat ketika wasit jadi memerintahkan, dan itu sekarang dilarang untuk menggigit lawan satu atau menyerangnya saat ia jatuh. Petinju harus pergi ke sudut netral saat lawan mereka jatuh. Musik untuk perkelahian dimainkan oleh orkestra dari Muen Samak Siangprachit.

3. Raja Rama VII (Raja Pok Klaochao Yu Hua: 2468-2477 BE, 1925-1934 M).
Pok Klaochao Yu Hua (King Rama VII) Jendral Dhepasadin membangun stadion tinju dengan nama Lak Muang di Tachang (dekat Teater Nasional sekarang).
Menggunakan tali ring lebih tebal dan lebih ketat. Dan semua pertandingan menurut aturan.
Pada tahun 2472 B.E.(1929 M) aturan pemerintah kerajaan mewajibkan semua petinju/petarung memakai sarung tangan tinju. Sarung tangan tinju diperkenalkan ke Thailand oleh seorang petinju Filipina yang datang ke Thailand untuk pertandingan tinju internasional.
Sebelum pengenalan sarung tinju ada kecelakaan tragis dan fatal ketika Nai Pae Liangprasert dari Ta Sao, provinsi Uttaradit, membunuh Nai Jia Kakamen dalam pertandingan tinju yang bertarung dalam gaya Kad-Chuck dimana tangan petinju dibungkus kapas strip.

Pada bulan November 2472 B.E. (1929 M) Chao Khun Katatorabodee untuk pertama kali menyelenggarakan pertarungan tinju serta turnamen beladiri lainnya di taman fantasi Lumpini. Dia hanya meluluskan petinju yang handal untuk bertarung setiap hari Sabtu. Seorang pria berpendidikan dan kaya raya mendirikan ring tinju standar internasional dengan tiga tali ring dan lantai kanvas. Ada sudut merah dan biru, dua orang hakim, dan wasit di atas ring. Di sinilah lonceng pertama kali digunakan sebagai sinyal ronde.

Guna memeriahkan perayaan tahun baru kala itu, pertandingan dijadwalkan antara petarung Samarn Dilokwilas dan petarung Det Poopinyae, disertai dengan pertarungan khusus antara Nai Air Muangdee dan Nai Suwan Niwasawat. Nai Air Muangdee adalah petinju pertama yang menggunakan cover pelindung.

4. Raja Rama VIII (Raja Ananddhamahidol :2477-2489 BE, 1934-1946 M).
Ananddhamahidol (King Rama VIII) Sekitar tahun 2478-2484 B.E.(1935-1941 M),
seorang pengusaha kaya raya dan terkenal membangun sasana tinju di tanah Chao cha ini bernama Sasana Suan Chao cha Boxing ( sekarang menjadi institusi akademi polisi thailand).
Sasana ini dijalankan oleh personil militer dan menjadi aset bisnis yang bagus.
Beberapa pendapatan disumbangkan untuk mendukung kegiatan militer.
Setelah beberapa tahun, Perang Dunia II pecah. Pada saat itu sasana tinju ditutup.
Pasukan Jepang tiba di Thailand pada tanggal 8 2484 BE (1941 M).
Tahun 2485-2487 B.E. (1942-1944 M), sewaktu perang masih berlangsung, pertarungan tinju diselenggarakan di bioskop pada siang hari. Ada sasana tinju di Patanakarn, Ta Prachan, dan Wongwian Yai di mana masyarakat mendapat hiburan.

Pada 23 Desember, 2488 B.E. (1945 M), Sasana tinju Ratchadamnern dibuka secara resmi. Mr.Pramote Puengsoonthorn sebagai manajer dan Praya Chindharak menjabat sekretaris. Promotor adalah Mr.Chit Ampolsin (Kru Chit). Pertandingan yang diselenggarakan setiap Minggu 4-7 pm mendapat pengwasan dari Departemen Pendidikan Jasmani.
Pertandingan dilaksanakan sebanyak lima putaran ronde tiap-tiap ronde berdurasi tiga menit, dengan dua menit istirahat antara pergantian ronde.
Untuk kategori kelas dan grup petarung tinju di bagi melalui beda berat badannya, masing-masing petarung berat badannya di ukur dengan ukuran besar dan berat batu.

Dua tahun kemudian, berat badan diukur dalam kilogram, dan di tahun 2491 BE (1948 M) pon diadopsi sebagai ukuran berat petinju sesuai dengan standar internasional. Nama-nama Internasional diberikan untuk setiap kelompok berat badan, seperti kelas terbang, bantam dan kelas berat. Diatur untuk memilih juara untuk masing-masing kelas, mengikuti gaya internasional. Aturan larangan memukul bagian pribadi karena teknik ini sebagai bentuk serangan membunuh bukan sportifitas olahraga dan dianggap merendahkan untuk seni beladiri Muay Thai.
Muay Thai telah menjadi aset seni beladiri budaya nasional. Jika semua pihak terkait ikut membantu mengangkat dan melestarikan bentuk seni bela diri, dan menyebarkannya ke generasi berikutnya, akan tetap menjadi milik yang berharga dari bangsa Thailand.
Enter your email address to get update from The Skills Of Fighting.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Copyright © 2014. Muay Thai The Skills Of Fighting - All Rights Reserved | Template Created by The Skills Of Fighting Proudly powered by Blogger