Era pertama periode ini meliputi pemerintahan Raja Rama I sampai Raja Rama IV (2325-2411 BE, 1782-1868 M). Pada masa itu Muay Thai dianggap sebagai seni pertempuran nasional. Muay Thai menjadi bagian penting dari setiap acara atau festival.
Akhirnya, disusunlah regulasi dan aturan pertandingan seni pertempuran beladiri Muay Thai, terutama mengenai lamanya waktu tiap putaran ronde/babak.
Sebuah metode menarik, mengenai teori ketepatan waktu kemudian dikembangkan.
Sebuah tempurung kelapa yang memiliki lubang akan mengalirkan air ke dalamnya dan akan melayang perlahan-lahan ke dalam tangki air. Ketika tempurung kelapa tenggelam, Suara drum akan berbunyi yang menandai akhir dari putaran. Tidak ada batasan untuk jumlah putaran (ronde), sehingga petarung berkelahi sampai ada pemenang yang jelas atau sampai salah satu dari mereka menyerah.
Kronologis Muay Thai Pada Masa Kerajaan Rattanakosin ( Era Pertama ).
1.
Raja Rama I (Raja Pra Puttha Yord Fa Chula Loke: 2325-2352 BE, 1782-1809 M).
 |
Raja Rama I, beliau dilatih sebagai petarung dari usia yang sangat dini.
Ia mempunyai minat dan bakat yang dalam, dan sering menonton pertandingan tinju.
Pada Tahun 2331 B.E.(1788 M), adalah dua orang saudagar asing bersaudara yang selalu keliling dunia guna menjalankan urusan dagangnya, tiba di Thailand.
Yang lebih muda dari dua bersaudara tersebut telah membuktikan dirinya sebagai petarung yang handal dan selalu memenangkan hadiah pada setiap pertandingan tinju di dunia. |
Dia meminta kepada Pra Ya Pra Klang bahwa ia ingin bertanding demi hadiah melawan petarung Thailand. Permintaan ini disampaikan kepada Raja Rama I, setelah berkonsultasi dengan Pra Raja Wangboworn, Direktur Departemen Tinju, taruhan dari 50 changs (4.000 Baht) telah disepakati. Pra Raja Wangboworn memilih petarung yang baik bernama Muen Han untuk melawan orang asing dengan arena ring pertandingan berlokasi di belakang Kuil Emerald Buddha di Grand Palace. Pertarungan ini tanpa ada penilaian angka, tetapi sampai ada yang bertahan menjadi pemenang. Sebelum pertarungan, Muen Han diminyaki dengan salep herbal, dan ia mengenakan jimat di lengan atasnya. Dia kemudian dibawa ke arena ring diangkat di atas pundak seorang temannya.
Ketika pertandingan dimulai, sangat jelas kalau orang asing itu jauh lebih besar, lebih tinggi,lebih berat dan lebih kuat dari Muen Han.
Ketika orang asing itu menyerang mendekat mencoba taktik untuk mematahkan leher petarung Thailand dan tulang selangkang. Untuk mengatasi taktik ini, Muen Han mencoba menendang dan menggunakan tendangan dengkul. Dia mencoba untuk mengontrol pertarungan dan gerak kaki nya sangat cepat. Akhirnya, orang asing itu mulai lelah dan tampaknya ia akan kalah. Saudaranya, menyadari hal ini, melompat ke dalam ring untuk membantu adiknya. Hal ini menyebabkan kerusuhan di antara penonton yang berhamburan gaduh. Banyak orang asing terluka. Dua bersaudara, setelah pulih dari cedera mereka, meninggalkan Thailand.
2.
Raja Rama II (Raja Pra Buddha Lert La Napa-Lai: 2352-2367 BE, 1809-1824 M).
 |
Semasa muda Raja Pra Buddha Lert La Napa-Lai dilatih untuk menjadi seorang petarung di Bang Wa Yai Training Center (Wat Rakangkositaram) dengan pelatih master tinju sekaligus jenderal militer, Somdet Prawanarat (Tong You).
Pada usia 16, Raja Pra Buddha Lert La Napa-Lai lebih banyak belajar tentang Muay Thai daripada tinju standard dunia.
Dia mengubah nama olahraga dari nama sebelumnya, Ram Ram Muay Mad menjadi Muay Thai. |
3.
Raja Rama III (Raja Pra Nangklao: 2367-2394 BE, 1824-1851 M).
 |
Raja Pra Nangklao (B.E. 2367-2394, 1824-1851 M).
Raja Rama III (Raja Pra Nangklao) belajar Muay Thai dari Departemen Boxing kerajaan.
Selama masa pemerintahannya, rata-rata anak laki-laki Thailand sangat suka bertarung,
mereka belajar Muay Thai dan pedang Khun Ying Moe.
Khun Ying Moe menjadi terkenal karena telah berhasil menciptakan banyak wanita pemberani untuk mengalahkan bala tentara Pangeran Anuwong dari Vientienne, Laos, yang
menyerang kota Korat. |
4.
Raja Rama IV (Raja Chomklao: 2394-2411 BE, 1851-1868 M).
 |
Sewaktu masih belia, Raja Rama IV (Raja Chomklao) suka berpakaian seperti layaknya seorang petarung.
Raja Chomklao juga menyukai permainan pedang dan pertempuran tiang. Seringkali, ia bertinju dan bertarung menggunakan pedang dan pertempuran tiang selama festival di lapangan Kuil Emerald Buddha.
Semasa itu, Thailand mulai melihat pertumbuhan olahraga dan budaya barat.
Namun, Muay Thai tetap menjadi kegiatan yang populer dan simbol kuat dari budaya Thailand. |